Pages

Selasa, April 19, 2011

Ukirlah Hari Esok

aku tengah dalam lamunanku saat dalam perjalanan menuju sekolah menengah atas yang amat sangat aku ingini. ya, hari ini adalah hari dimana test masuk akan diadakan. semua bermula ketika aku melihat abangku sedang memakai jas eksperimen putih seperti dokter di rumah. betapa kerennya! pikirku. seolah terhipnotis akan penampilannya itu, aku jadi memutuskan untuk masuk ke sekolah yang dulu ia tempati juga.
"ci, uciiiii...hey.." seketika suara itu menyadarkanku dari semua lamunan itu.
"eh, eh ya?"aku kanget dan langsung menjawab seadanya.
"kita udah telat nih, gimana dong? ini macet kali lho" ucap rara panik.
"hah? udah sampai?!" aku yang daritadi tak sadar kini mulai gelagapan.
"ayo kita turun saja, lalu kita jalan, mungkin itu akan lebih cepat." rara memberikan solusi.
lalu bergegaslah kami keluar mobil dan berlari untuk mencapai gerbang. sesampainya di sana, kami harus terpisah karena ruangan test aku dan rara berbeda. rara adalah sahabatku, ya kami bersahabat mulai dari sd, walaupun sekolah kami berbeda saat smp, itu bukan menjadi masalah yang serius. kami terus bersama sampai saat ini.

tengtengteng..
entah bagaimana bunyi lonceng yang sebenarnya, akupun lupa. yang pasti lonceng itu menandakan bahwa test tertulis akan segera dimulai. aku yang saat itu sudah terlambat langsung masuk ke ruangan test dan langsung menurunkan kursi, ya hanya ada 1 kursi yang belum diturunkan, dan pastinya itu kursiku. entah hanya perasaanku saja atau apa, aku merasa mata para peserta test lainnya tertuju padaku. mungkin mereka berfikir aku memperlambat mereka, atau mungkin mereka suka padaku? pikirku menghibur diri. ah sudah lupakan.

dengan hati yang nggak karuan aku mulai mengerjakan soal tersebut. ya, aku begini karna aku kurang persiapan sebelumnya. aku hanya belajar sedikit, dan aku yakin itu tidak cukup. ya.. aku.. dan aku mulai ga to the lau. ehem. satu persatu ku baca soal-soal itu, aku mulai dahulu dengan biologi, dulu aku sangat menyukai mata pelajaran itu. aku cukup percaya diri mengerjakan soal-soal yang berbau biologi. tapi ketika aku membuka lembaran matematika atau fisika, aku mulai bingung, keringat yang entah dingin atau panas keluar berdesak-desakan seakan tak mau kalah. keningku pun ikut ambil peranan disini, dia mulai mengerut, satu per satu kerutannya bertambah. aaaaaaaaaa! aku sangat bingung saat itu. aku mulai mencoba untuk tenang, semua bisa dilalui apabila kita tenang. ternyata benar, aku bisa menemukan jawaban yang sama dengan salah satu jawaban disoal setelah lama bergelut dengan semua rumus-rumus itu, walaupun aku belum yakin jawabanku itu benar. tinggal beberapa soal fisika lagi yang harus aku isi, ingin sekali rasanya menghitung kancing sambil mengatakan a b c d dan dimana kancing berhenti, disitulah jawabannya. atau berkomat-kamit mengucapkan bismillahirrohmanirrohim siapa yang benar sambil memilih objektif. haha konyol, tapi itu satu-satunya cara saat otak sudah tak menemukan titik terang, dan kadang akupun melakukannya. tapi disatu sisi aku tak yakin, karena test ini sangat penting, dan tak ada yang namanya remedial. kalau jatuh sekarang, besok tak akan bisa mencoba lagi. sungguh aku menyesal saat mengingat kembali usahaku yang minim untuk belajar sebelum test ini dimulai.

tengtengteng...
lonceng itu berbunyi. tamatlah aku, pikirku.
"ya anak-anak, silahkan keluar ruangan dan tutup lembaran jawaban kalian, nanti ibu akan mengambilnya."
satu persatu teman seperjuangan ku keluar, dengan terpaksa aku melakukan hal itu dan mulai memilih-milih objektif sembari berkomat-kamit dalam hati. ya, tak ada pilihan lain, kali ini aku hanya akan bergantung pada keberuntungan. setelah semua selesai, aku bergegas keluar ruangan dan menemui teman-temanku, mereka dengan semangat membahas soal-soal itu, sedangkan aku hanya tertunduk lesu.

beberapa hari kemudian, hasilnya keluar dan ditempelkan di papan mading. sebenarnya sehari sebelumnya aku telah tahu bahwa aku tidak lulus dan itu sangat menggungcangku. tapi aku sadar bahwa ini sepadan dengan usahaku yang kurang maksimal, kepercayaan diriku yang terlampau tinggi yang membuatku lupa diri. aku terdiam dan termenung, aku menyadari bahwa Jenius adalah 1 % inspirasi dan 99 % keringat. Tidak ada yang dapat menggantikan kerja keras. Keberuntungan adalah sesuatu yang terjadi ketika kesempatan bertemu dengan kesiapan. ya, semua membutuhkan kerja keras, pikirku. tapi aku tak mau terhenti disini, aku yakin ada jalan yang lebih baik untukku setelah ini, karna Kebanggaan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal, tetapi bangkit kembali setiap kali kita jatuh. aku yang mulanya tertunduk dan termenung lesu, kini bisa bangkit dan terus berjalan saat mungkin orang lain terhenti karena menikmati kesenangannya. ya, semua belum berakhir, masih ada hari esok yang harus diukir..

4 komentar: